07/09/2010

Rezeki dari Kulit Bundar

Gaji pemain bola Indonesia mencapai Rp 66 juta per
bulan. Banyak klub berebut pemain bagus.        

Suasana lapangan sepak bola Ragunan, Jakarta Selatan,
Rabu petang pekan lalu, tampak berbeda dari biasanya.
Puluhan remaja berkaus oranye dengan tulisan Jakmania
meramaikan tempat itu. Suporter Persija Jakarta ini
duduk berkelompok di pagar dengan mata tertuju ke
tengah lapangan. Di sana, pemain Persija sedang serius
mengikuti arahan dari pelatih Rahmad Darmawan.


Inilah latihan pertama tim Macan Kemayoran setelah
pihak manajemen mengumumkan 24 nama pemain yang akan
diturunkan untuk musim kompetisi 2006. Meskipun hanya
dalam sesi latihan, para Jakmania tampaknya sangat
menikmati aksi pemain Persija. Jika pemain yang mereka
idolakan mendapat bola atau melakukan aksi memukau,
mereka pun bertepuk tangan.


Di antara pemain, terlihat Hamka Hamzah, 21 tahun,
yang berkali-kali gagal memasukkan bola ke gawang.
Sundulan serta sepakannya selalu melenceng. ”Wah,
pemain termahal kok nggak bisa bikin gol,” celetuk
salah seorang penonton. 


Pemain termahal? Ya, Hamka memang sedang jadi sorotan.
Sejumlah media menyebut bahwa stopper asal Makassar
ini memiliki nilai kontrak Rp 800 juta setahun untuk
memperkuat Persija Jakarta pada musim kompetisi 2006.
Jumlah ini sangatlah luar biasa. Bahkan, kabarnya,
itulah nilai kontrak tertinggi yang dimiliki pemain
lokal saat ini.


Semua duit jatuh ke tangan Hamka sendiri sebagai gaji.
Sebanyak 25 persen dibayar di muka, sisanya diangsur
setiap bulan. Jika dihitung-hitung, per bulan dia
mendapatkan gaji Rp 66,6 juta.


Hamka sendiri tidak bersedia menyebut angka pasti
nilai kontraknya. Namun dia mengangguk ketika Tempo
mengatakan jumlahnya di atas Rp 750 juta. ”Saya kira
bukan saya yang paling tinggi. Masih ada teman lain
yang lebih tinggi dari itu,” katanya saat ditemui
Tempo di Griya Wisata Ragunan, Jakarta Selatan. Di
sinilah kini sehari-hari para pemain Persija tinggal. 


Nilai kontrak antara klub dan pemain selama ini memang
tidak pernah dibuka kepada publik. Para pemain pun
tidak tahu pasti nilai kontrak rekan mereka satu tim.
Jadi tidak mudah menobatkan Hamka sebagai pemain
dengan nilai kontrak tertinggi.


Ketua Asosiasi Klub Profesional (Akpro) yang juga
Ketua Bidang Tim Nasional PSSI, Muhammad Zein,
memperkirakan bahwa saat ini gaji pemain lokal bisa
mencapai Rp 900 juta per tahun. ”Saya kira beberapa
mantan pemain SEA Games Manila sudah ada yang mendapat
gaji sebesar itu,” katanya. 


PSSI memang pernah membuat aturan tentang batas
maksimal nilai kontrak pemain. Untuk pemain lokal
paling tinggi Rp 500 juta dan pemain asing Rp 600
juta. Namun dalam prakteknya aturan ini tidak bisa
berjalan. Sebab, pemain yang dianggap memiliki
kualitas jumlahnya lebih sedikit dari yang dibutuhkan
klub. Sehingga pemain yang sedikit ini jadi rebutan.
”Klub sendiri akhirnya bersedia membayar mahal untuk
mendapatkan pemain ini,” kata Zein.


Kebutuhan klub sebenarnya bukan hanya pemain, tetapi
juga pelatih. Karena itu tidak sedikit klub yang
akhirnya mengontrak pelatih asing karena terbatasnya
pelatih lokal berkualitas. Zein menyebut nama Rahmad
Darmawan dan Benny Dollo sebagai pelatih lokal yang
menjadi incaran klub di Indonesia.


Nama Rahmad melejit setelah dia berhasil mengantar
Persipura Papua menjuarai Liga Indonesia musim lalu.
Keberhasilannya itu membuat dia menjadi pelatih lokal
termahal saat ini. Gajinya diperkirakan mencapai Rp
700 juta untuk membesut tim Macan Kemayoran selama
tahun ini.


Rahmad menolak menyebut angka kontrak yang dia
kantongi dari Persija. ”Pokoknya gaji saya lebih besar
dari gaji seorang direktur bank,” katanya. Dia juga
membantah jika kepindahannya ke Jakarta berkaitan
dengan nilai kontrak tadi. Sebab, Persipura juga
memberikan nilai yang sama. ”Pilihan saya ini karena
alasan dinas. Saya juga diminta menangani tim Angkatan
Laut dan Marinir. Jadi tidak bisa jauh-jauh dari
Jakarta,” kata anggota Marinir berpangkat kapten ini.


Lain halnya Hamka, tahun lalu ia sudah memperkuat
Persija. Pemain ini mengawali profesinya dari Sekolah
Sepak Bola (SSB) Bangao Putra, Makassar, pada 1997.
Setahun kemudian dia bergabung dengan PSM Makassar
junior sampai 2000. Selanjutnya berturut-turut dia
memperkuat PSM (2000-2002), Persebaya Surabaya (2003),
Persik Kediri (2004), dan Persija (2005).


Bintang Hamka semakin bersinar setelah dia masuk skuad
Piala Tiger yang dibesut pelatih Peter Withe. Di
sinilah pertama kali Persija melirik Hamka. Ketika
masih membela Persik, nilai kontraknya tidak lebih
dari Rp 200 juta. Persija berani memberikan gaji dua
kali lipat lebih besar dari gajinya di Persik.


Menjelang musim kompetisi 2006, tidak sedikit klub
yang mengincar Hamka. Penampilannya pada kompetisi
musim lalu dan saat membela tim nasional di ajang SEA
Games dianggap istimewa. Keistimewaannya itu bukan
hanya dia tangguh di lini belakang, melainkan juga
manuver-manuvernya yang berbahaya di garis pertahanan
lawan.


Salah satu klub yang sangat ingin meminang Hamka
adalah PSM Makassar. Klub yang telah membesarkan Hamka
ini sempat mengajukan penawaran Rp 500 juta. Jumlah
ini sedikit lebih besar dari nilai kontrak Hamka di
Persija pada musim kompetisi 2005 yang tidak lebih
dari Rp 400 juta. Belakangan Hamka memilih tetap di
Persija setelah pihak manajemen mengabulkan
tuntutannya menaikkan nilai kontrak dua kali lipat.


Hamka sendiri membenarkan bahwa nilai kontrak itu
menjadi salah satu alasannya bertahan di Persija.
Namun bukan hanya itu. ”Kalau di PSM saya ikut
pertandingan di wilayah timur,” kata dia. Dia sudah
merasakan lelahnya mengikuti pertandingan tandang di
wilayah timur. ”Kami menghabiskan waktu berhari-hari.
Jadi tidak ada waktu untuk pemulihan,” kata dia lagi.


Selain Hamka, nama Ismed Sofyan (26 tahun), Agus Indra
Kurniawan (23 tahun), dan Syamsul Bahri Haeruddin (27
tahun) juga disebut-sebut memiliki gaji tinggi. Ismed
menolak menyebut angka yang ia kantongi untuk
memperkuat Persija musim ini. Namun dia tidak
menggeleng ketika Tempo menyebut angka Rp 750 juta.
”Ah, sudahlah, tidak enak kalau harus menyebut
nilainya,” kata Ismed.


Sebelum memperpanjang kontrak dengan Persija,
sebenarnya Ismed sempat mendapat tawaran dari Telkom
Malaka. Tidak tanggung-tanggung, klub asal Malaysia
itu berani membayar Rp 1,2 miliar untuk gelandang
andalan Indonesia ini. Namun Ismed menolak tawaran
itu. ”Saya masih punya obsesi di Persija,” kata putra
Aceh ini.


Sudah empat musim Ismed membela Persija. Namun sekali
pun dia belum berhasil merebut Piala Liga Indonesia
untuk klubnya. Obsesi menjadikan Persija sebagai juara
liga inilah yang menguatkan Ismed bertahan di klub
kebanggaan Jakmania itu. 


Tawaran gaji tinggi dari Telkom Malaka juga melayang
ke gelandang PSM Syamsul Bahri Chaerudin. Syamsul
menolak tawaran ini mengingat ikatan batinnya yang
kuat dengan PSM.


Jika dibandingkan dengan tawaran Telkom Malaka yang Rp
1,3 miliar, gaji Syamsul di PSM saat ini tidak ada
apa-apanya. Untuk musim ini, manajemen PSM menaikkan
gajinya 45 persen. Tahun lalu nilai kontraknya tidak
lebih dari Rp 450 juta. Tapi Syamsul memilih tetap
bertahan di PSM. ”Tawaran banyak, tapi orang tua saya
pesan untuk tetap di PSM. Pengin liat PSM juara,”
katanya. 


Syamsul mengawali kariernya dari Makassar Football
Club. Dia langsung memperkuat PSM pada musim kompetisi
2001, yang ketika itu kekurangan pemain. Sejak itulah
nama Syamsul selalu tercantum dalam barisan pemain tim
berjulukan Juku Eja ini.


Hamka, Ismed, dan Syamsul hanya sebagian contoh dari
pemain yang sukses meniti karier di sepak bola
Indonesia. Mereka tidak hanya mendapat kebanggaan
sebagai seorang bintang, tetapi juga memperoleh materi
yang menjanjikan. Ismed, misalnya. Kini dia sudah
memiliki sebuah rumah di Aceh dan Jakarta. Satu Kijang
Innova hitam pun siap mengantar Ismed menuju tempat
latihan. ”Tahun ini rencananya saya ingin
memberangkatkan orang tua ke Tanah Suci,” katanya.

3 comments:

  1. tetapi tidak terekspose para pemain yang di telantar kan hingga gugur

    ReplyDelete
    Replies
    1. iahh bener juga gan .... itulah negeri kita

      Delete

udah baca jangan lupa ,,komen yahh ?? (¬˛¬!!)

like my blog